Luka Batin dari Orang Tua? Ini 3 Jenis Luka Batin & Cara Mengatasinya!

Oleh: Admin Web
03 July 2025
Luka Batin dari Orang Tua?  Ini 3 Jenis Luka Batin & Cara Mengatasinya!
Designed by Freepik
Share to:

            “Udah ya nangisnya, dia hanya bercanda. Jangan diambil hati!”

            “Gitu aja kok marah, kan kamu sudah besar. Kamu harus mengalah sama adik. Nanti Papa belikan es krim, deh!”

            “Ih jelek ih kalo nangis. Yuk, beli mainan biar ga nangis lagi!”

            Kalimat-kalimat di atas sering kita dengarkan di masa kecil. Orang tua sering secara tidak sadar mengabaikan perasaan anak. Kalimat yang terdengar sederhana, namun bisa menimbulkan luka dalam diri kita.

Luka bukan hanya luka fisik saja, tetapi ada juga luka batin yang kemungkinan lebih besar kita alami dibandingkan luka fisik. Kita sangat jarang membahas luka batin karena dianggap terlalu abstrak dan tabu untuk dibicarakan. Berbeda dengan luka fisik yang terlihat wujudnya dan bisa diobati secara langsung, luka batin membutuhkan banyak waktu untuk penyembuhannya karena berkaitan dengan perasaan. Seringkali, luka batin yang kita alami tidak pernah disembuhkan, yang ada hanya dialihkan agar tidak memikirkannya terlalu lama.

            Saat beranjak dewasa, kita mungkin sering merasa marah, kecewa, dan sakit hati kepada orang-orang terdekat. Kita sering merasa diabaikan, tidak punya sahabat, dan susah percaya kepada orang lain. Hal ini disebabkan karena munculnya ketakutan bahwa kekecewaan yang dulu pernah terjadi saat kecil dapat kembali dirasakan.

            Oleh sebab itu, kita harus memahami apa saja jenis luka batin agar kita mengerti apa yang sebenarnya kita rasakan. Berikut ini adalah beberapa jenis luka batin:

 1.    Trauma

 Dalam bahasa sehari-hari, istilah trauma biasanya digunakan untuk menunjukkan perasaan takut, khawatir, dan sakit akibat dari satu kejadian buruk di hidup kita. Seseorang yang mengalami trauma cenderung menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan mereka pada peristiwa traumatiknya di masa lalu. Trauma merupakan suatu pengalaman yang buruk dan kurang menyenangkan semasa hidup. 

            

2.  Primal Wounds

 Sedikit berbeda dengan trauma, primal wounds tidak melibatkan peristiwa spesifik yang mengancam nyawa atau mendegradasi harga diri kita. Primal wounds biasanya digunakan untuk mendeskripsikan  luka batin yang tercipta sejak kita masih kecil, yang kemunculannya berhubungan erat dengan perlakuan orang tua atau orang sekitar. Jenis luka batin yang satu ini tidak hanya berasal dari sejarah hidup yang kelam atau peristiwa yang mencekam saja, tetapi bisa terjadi dari peristiwa-peristiwa sederhana yang kita alami. Seseorang yang mengalami primal wounds akan merasa terasing dan tidak terhubung dengan dirinya sendiri.

 

3.  Unfinished Business

 Hampir sama dengan primal wounds, yaitu luka batin yang muncul akibat pengabaian orang tua saat masih kecil, hanya saja unfinished business lebih menekankan bahwa luka batin yang dimiliki harus disembuhkan agar seseorang dapat hidup bahagia. Para penderita luka batin yang satu ini biasanya tidak menyadari dirinya secara utuh dan tidak mengerti adanya suatu perasaan yang ada di dalam di   ri mereka. Hal ini bisa menghambat kebahagiaan dan kesejahteraan mereka. 

Ada satu terapi yang dikhususkan untuk menangani luka batin jenis unfinished business ini, yaitu empty chair therapy. Pada terapi ini, seseorang difasilitasi untuk berbicara dan menyampaikan segala emosi yang belum selesai kepada significant others (contohnya kepada orangtua). Proses ini berguna untuk mempercepat penyembuhan luka batin. Perlahan namun pasti, luka batin dapat hilang sehingga membuat penderita merasa lebih lega dan bahagia.

 

            Tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan yang besar atau kejadian negatif pasti akan kita alami semasa hidup. Hal itu tentunya menimbulkan emosi negatif yang mendalam dan berbekas. Oleh sebab itu, kita perlu tau bagaimana cara mengatasi hal tersebut agar tidak menjadi penghalang kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Berikut ini cara mengidentifikasi luka batin yang sekiranya bisa membantu kita untuk terhindar maupun sembuh dari luka-luka tersebut:

1. Sadari pola yang berulang dalam dirimu. 

Saat melihat kejadian-kejadian yang serupa terjadi dalam hidupmu, tuliskan pengalaman-pengalaman tersebut dalam sebuah buku. Proses tersebut bisa membantumu untuk menemukan jawaban atas kegundahan yang kamu rasakan, juga memberikan jalan keluar tentang bagaimana responmu nanti saat menghadapi kejadian yang sama lagi.

2. Sadari kalimat apa yang kamu gunakan saat marah.

 Jika kamu mengeluarkan kata-kata yang sama setiap marah, bisa jadi hal itulah yang merupakan inti dari luka batinmu.

3.  Perhatikan kata-kata yang sering kamu gunakan saat mengeluh. 

Mengeluh biasanya tidak sadar kita keluarkan karena merasa berat dalam melakukan sesuatu. Seringkali kita mengeluh karena merasa tidak diapresiasi dan tidak ada feedback positif dari orang lain saat kita mengerjakan sesuatu.

4.   Coba akui orang yang paling kamu benci atau paling membuatmu sakit hati. 

Cobalah jujur untuk menjawab pertanyaan yang satu ini. Jangan memendamnya sendiri, karena akan membuat rasa benci itu semakin dalam dan menghambat kebahagiaan kita.

Luka batin memang bisa pulih dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun apabila kita tidak tau cara mengobatinya, maka luka tersebut akan tinggal dalam hidup kita untuk waktu yang lama. Tentunya ini bisa membuat kebahagiaan dan kesuksesan kita terhambat. Oleh sebab itu, kita perlu mengerti lebih dalam mengenai setiap luka yang ada dan memahami cara menanganinya. Kalau kamu ingin tau lebih banyak mengenai  cara menyembuhkan luka batin, kamu bisa membaca buku karya Regis Machdu Fuadhy yang berjudul “Yang Belum Usai”. 

Ingat, kesehatan mental adalah prioritas!

 

Related News

All News